Intoleransi, Berarti Melawan Perintah Tuhan


Oleh Dodi Sanjaya
Pernah dimuat di Atjehlink.

Kondisi keberagamaan di Aceh akhir-akhir ini tercoreng oleh sekelompok masyarakat yang enggan menerima perbedaan. Disisi lain, Pemerintah yang seharusnya menjadi perisai bagi kenyamanan dan keamanan segenap warganya. sayangnya kini tak lagi mampu menjawabnya dengan bijaksana dan adil.

Tak jarang bahkan Pemerintah, berikut aparat dan komponennya, ‘berselingkuh’ dengan para kelompok intoleran dan melakukan tindakan diskriminasi kepada kelompok minoritas tertentu.

Tentu hal ini sangat miris ketika sekelompok orang intoleran memaksa kelompok lainnya untuk menjadi seragam, padahal jelas – jelas Tuhan sangat menghargai perbedaan.

“Seandainya Tuhanmu menghendaki, tentu berimanlah semua orang di muka bumi, tanpa kecuali. Apakah engkau (hai Muhammad) akan memaksa umat manusia sehingga mereka menjadi beriman ? Tiadalah seseorang beriman melainkan dengan izin Allah….” demikian pernyataan Tuhan dalam salah satu ayatnya (Q.S. 10 : 99-100).

Ayat itu sangat jelas pesannya bahwa tuhan sangat menghargai perbedaan. Semestinya sebagai manusia yang memanusiakan manusia kita harus memulai membiasakan diri menghargai perbedaan. Mengapa ? Karena perbedaan adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Perbedaan adalah kehendak dan pilihan Tuhan.

Selain itu pada Al-Quran Surah Yunus : 40-41 juga makin memperjelas perintah tuhan pada kita tentang perbedaan.

“Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

“Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain .Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.

Itu adalah contoh perbedaan pada tingkat keyakinan. Sedangkan pada perbedaan yang lebih konkret lagi ? Tentu, prinsipnya tidak akan jauh berbeda. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan itu harus ada ? Karena itulah yang menjadi dasar adanya alam semesta, termasuk diri kita sebagai manusia. Perbedaan telah ada sejak pada tingkat mikro, yaitu unsur pembentuk seluruh materi alam semesta, termasuk diri kita.

Bayangkan, andai seluruh unsur materi itu semuanya sama, maka semesta ini hanyalah berupa hamparan luas energi semata yang tak berbentuk apapun. Tidak akan pernah ada, yang namanya bintang, matahari, planet, bumi, bulan, air, udara, tanah, dan tidak akan pernah ada diri kita sebagai manusia.

Tuhan pun menghendaki adanya perbedaan. Pada tingkat mikro atomik, lahirlah partikel berbeda yang kita kenal dengan proton dan elektron sebagai unsur pembentuk dasar adanya atom yang berbeda-beda, seperti Carbon, Hidrogen, Oksigen, Aurum, Uranium, dan lain-lain. Dari rangkaian atom inilah, kemudian muncul adanya molekul sebagai zat unsur pembentuk materi, yang bersifat benda fisik. Ada yang berupa benda padat, cair atau gas. Dan, dari unsur-unsur yang berbeda inilah, kehidupan itu terbentuk, antara lain berupa tumbuhan, hewan dan diri kita sebagai manusia.

“Tuhan menciptakan seluruh isi alam semesta ini dari zat yang satu, kemudian berkembanglah menjadi sekian banyak perbedaan…”

Perbedaan adalah sebuah kenyataan, dan inilah pilihan Tuhan. Karena ada perbedaan, maka ada kehidupan. Maka, hargailah perbedaan. Karena, hal itu berarti kita menghargai kehidupan. Termasuk pula, berarti kita menghargai atas kehidupan diri kita sendiri.

Maka, mari kita wujudkan peradaban, dimana manusia saling mencintai, saling mengerti dan saling menghidupi. Karena persaudaraan kemanusiaan merupakan puncak dari persaudaraan.

Comments

Popular Posts