Arab belum tentu Islam, dan Islam tidak harus bergaya ke-Arab-Arab-an
Melihat para ulama kharismatik Aceh selalu menggunakan kain sarung dan baju yang sopan dan sederhana, bagi saya itu merupakan sebuah pesan yang begitu bermakna. Ada pesan untuk tetap menjaga nilai seorang muslim dan idetintas kebangsaan.
Kini hampir di seluruh tanah air ada sebuah gejolak yang sedang berubah, yang terus semakin eksis menggerogoti identitas Muslim di tanah air. Sekarang banyak orang tiba-tiba menggunakan identitas ke-Arab-an untuk meneguhkan identitas dirinya sebagai orang Islam. Dengan identitas itu, dalam benak mereka, seolah-olah Islam itu Arab dan Arab itu Islam.
Untuk menjadi Muslim, seseorang harus menggunakan identitas Arab atau melebur seperti orang Arab, mulai dari cara berbicara yang ke-arab-arab-an, berpakaian jubah, abaya hitam-hitam bercadar, atau seperti pakaian orang Afghanistan, hingga cara makan dan apa yang dimakan oleh orang Arab pun dijadikan model keislaman.
Bagi saya pribadi, perubahan nilai itu tidaklah menjadi suatu masalah selama tidak memaksa kehendak.Namun ketika memaksakan kehendak itu merupakan sebuah masalah serius, Bagi saya, menjadi Muslim tidak perlu bergaya dan berpakaian ala Arab, selama gaya hidup dan cara berpakaian kita tidak melanggar ajaran agama kita, artinya itu sudah cukup.
Menjadi Muslim berbeda dengan menjadi orang Arab, maka Islamisasi jelas-jelas berbeda dengan Arabisasi. Islam bukan ajaran yang dibuat oleh orang Arab, walau Al Quran berbahasa Arab, dan nabi Muhammad dari kaum Arab. Islam ajaran Allah untuk semua umat, Islam itu jalan hidup, prinsip hidup. Faktanya, turunnya Islam justru ditentang kaum Arab di masa itu, karena Islam datang mengubah tradisi, keyakinan, dan kebiasaan jahil Arab.
Jadi bisa dikatakan, Arab belum tentu Islam, dan Islam tidak harus bergaya ke-Arab-arab-an. Yang jelas Islam itu pasti berdasar Al Quran As Sunnah Ijma` Qiyas dan Qaul Sahabat.
Adapun menjadi Muslim, tidak berarti meninggalkan budaya lokal, bila bertentang dengan Islam tinggalkan, bila tidak ya dilanjutkan. Intinya kapan budaya harus ditinggalkan atau tetap dipelihara? Ya ketika tersebut bertentangan dengan Aqidah.
Sekali lagi, menjadi Islam tidak perlu bergaya sok kerab-araban, Tetaplah menjaga identitas kebangsaan, selama itu tidak bertentangan dengan Aqidah.
Comments
Post a Comment